Pages

Jumat, 28 Oktober 2016

PAHLAWAN MASA LALU DAN MASA KINI



Kalau anda mendengar kata pahlawan, apa yang pertama muncul dalam benak pikiran anda? Seseorang yang telah meninggal duning berjasa bagi perjuangan kemerdekaan Indonoseia? Ataukah seorang superhero yang menyelamatkan kehidupan manusia, dan ketika meninggal diabadikan dengan sebuah gelar kehormatan? Atau apa?

Ø  Pahlawan Masa Lalu

Kita selalu senang dan bangga sekali bisa mengenang pengorbanan dan semangat juang para pahlawan di masa lalu yang gugur membela tanah air ini. Setiap tanggal 10 November kita melakukan peringatan itu. Hari ketika semangat arek-arek Suroboyo yang terdiri dari pemuda-pemuda Maluku, sulawesi, Sumatera, Kalimantan dan pahlawan yang berasal dari daerah-daerah di Indonesia lainnya makin memuncak.

Bung Tomo dalam ” Menembus Kabut Gelap; Pemikiran, Surat dan Artikel Politik (1955-1980)”, mengingatkan akan teladan seorang pahlawan sejati pada masa itu yaitu Jendral (Besar) Soedirman,

” Pahlawan Soedirman berada di medan yuda hanya dengan paru-paru sebelah, tetapi kepribadian serta semangat beliau tetap menjiwai segenap pejuang yang sedang mempertaruhkan segala-galanya.”1)

Semangat itu tidak lepas dari kebersamaan yang erat sebagai satu nasib satu tanggungan untuk memerdekakan bangsa, walau berbeda suku, agama, warna kulit dan bahasa.

Bapak Soeharto, dalam “Pandangan Presiden Soeharto tentang Pancasila” menjelaskan :

” Ya, kita memang berbeda-beda tetapi kita bertekad untuk bersatu!                                      

Bhineka Tunggal Ika!

Apabila kita ingin bersatu, maka persoalan pokoknya BUKAN menghilangkan peerbedaan-perbedaan tadi. Itu adalah mustahil, karena bertentangan dengan kodrat. Biarlah perbedaan itu ada dan tetap ada. Yang kita usahakan adalah bagaimana perbedaan-perbedaan itu dapat mempersatukan kita dalam persatuan yang indah, seperti kesatuan warna-warni pelangi yang serasi.”2)

Demikianlah, perjuangan masa lalu itu berhasil karena adanya persatuan dan kesatuan yang terjalin erat. Semangat jiwa yang mengedepankan kepentingan nasional daripada kepentingan golongannya atau bahkan pribadi yang lebih sempit lingkupnya.

Ø  Pahlawan Masa Kini

” Dan perjuangan kemerdekaan bangsa ini, telah sampailah pada saat yang membahagiakan. Dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat serta adil dan makmur”

Bunyi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 itu mengingatkan kepada kita semua, bahwa perjuangan kemerdekaan adalah sebuah pintu gerbang untuk memasuki sebuah negara yang merdeka, bersatu, berdaulat dan juga adil dan makmur.

Kemerdekaan telah diraih,kesatuan sebagai bangsa masih kita pegang, meskipun keteguhannya mulai terlihat mengendur dengan pandangan-pandangan kelompok yang sempit apakah kedaulatan bangsa telah yang mulai marak. Dan apakah kedaulatan bangsa ini telah ditegakkan?! Dan tujuan kemerdekaan untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur ini telah tercapai 100 persen.

Saya rasa belum. Untuk itulah perjuangan dengan semangat serta keberanian yang sama dengan para pahlawan pendahulu menjadi penting sekali diterapkan sekarang ini.

Mengutip pandangan Ibu Susi Pudjiastuti, Menteri Perikanan dan Kelautan di Kabinet Kerja dari Presiden Joko Widodo saat memperingati Sumpah Pemuda menjadi menarik untuk dicermati : ” Sumpah Pemuda adalah tidak membiarkan natural resource yang begitu besar, utamanya dalam kekayaan kelautan, diambil oleh orang lain.”

Ini adalah bentuk kedaulatan yang semestinya berani kita perjuangkan. Perjuangan atas tanah, air, dan udara Indonesia. Dan selanjutnya mempergunakan hasil kekayaan tersebut bagi terwujudnya masyarakat adil dan makmur.

Melawan tindakan korupsi dan mental pemalas menjadi penting sekali dilakukakan. Ini adalah perjuangan berkelanjutan. Pembangunan masyarakat itu sendiri, pembangunan manusia-manusia Indonesianya itu sendiri.

Senapas dengan itu, saya rasa apa yang telah diperjuangkan oleh Bapak Anand Krishna selama ini, untuk membentuk dan menciptakan masyarakat yang sadar, lewat latihan-latihan seni memberdaya diri serta meditasi, menjadi sangat berhubungan sekali dengan tujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur itu.

Masyarakat yang sadar akan mengetahui apa tujuan kehidupannya di bumi Indonesia ini, untuk berjuang bersama, untuk berkarya bersama mencapai tujuan bangsa ini seperti apa yang diamanatkan para founding father.

Masyarakat yang sadar akan berdiri bersama dalam semangat kebersamaan dan bekerja tanpa pamrih karena ingin ikut mendharma-baktikan kehidupannya bagi masyarakat, bangsa serta dunia ini.

Kita meneladan semangat para pahlawan masa lalu, dan menerapkannya dalam masa kini. Sekarang ini kita membutuhkan pahlawan-pahlawan yang sudah bebas dari pamrih pribadi yang sempit, kalaupun dianggap pamrih maka itu adalah pamrih untuk memenuhi amanat serta janji kemerdekaan dari ketika awal republik ini dibentuk.

Dengan begitu, kita akan menjadi inspirasi dan teladan bagi calon-calon pahlawan masa depan yang akan selalu dibutuhkan bagi bangsa ini untuk terwujudnya masyarakat adil dan makmur dan ikut serta turut menciptakan kedamaian dunia.

Kamis, 27 Oktober 2016

Peran Mahasiswa dalam memaknai sumpah pemuda



Image result for gambar tulisan sumpah pemuda

Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Sumeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”.
Soekarno
Tanggal 28 Oktober merupakan sebuah momentum besar bagi Bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda adalah bukti autentik bahwa tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan. Peringatan Sumpah Pemuda yang dilaksanakan setiap 28 Oktober, seharusnya dapat dijadikan momentum untuk kembali memperhatikan kilas balik perjuangan generasi terdahulu. Generasi muda terdahulu mampu berpikir kritis demi perubahan negeri ini kearah yang lebih baik. Maka seharusnya generasi muda saat ini dengan segala kemampuan yang ada dapat memberikan kontribusi yang lebih baik untuk Bangsa ini.

Namun pada faktanya pemuda saat ini seakan larut dalam atmosfer peradaban yang rusak. Sumpah pemuda saat ini hanya bagaikan euforia yang digaungkan ketika moment itu menjelang dan tak lama kemudian menghilang. Para Intelektual muda dicekoki oleh pemikiran-pemikiran asing seperti Liberalisme, Sekulerisme, Kapitalisme, Pluralisme, Hedonisme dan Materialisme. Pemikiran asing itulah yang membuat para Intelektual muda saat ini melepaskan atribut mereka sebagai generasi perubah peradaban. Mahasiswa sebagai Kaum Intelektual yang identik dengan perubahan peradaban sudah selayaknya memiliki cakrawala berpikir yang luas dan mendalam tentang problematika yang terjadi disekeliling nya.
Maraknya rencana gerakan mahasiswa yang ingin turun ke jalan guna mencabut legitimasi kepemimpinan saat ini disinyalir banyaknya kepentingan dari pihak dan kelompok tertentu untuk menggunakan mahasiswa turun ke jalan. Menurut Direktur Studi Demokrasi Rakyat Hari Purwanto, Kamis (22/10/2015). “Kemasan yang diusung adalah 1 tahun evaluasi pemerintahan Jokowi-JK yang dianggap gagal dalam menjalankan roda pemerintahan. Tapi harus kita analisa secara jernih bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih banyak faktor eksternal yang mempengaruhi.” ( tribunrakyat.com)
Sedangkan menurut Ketua Umum DPP Pospera Mustar Bona Ventura, Sabtu (24/10/2015). Relawan Jokowi tergabung dalam Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) menilai survei nasional yang dirilis oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) itu cenderung subyektif dan sangat jelas ada muatan politisnya. “Jika obyektif itu dipaparkan dengan data-data. Sementara ini tidak tanpa ada data apapun,” tambahnya. (beritaasatu.com)
Kemudian dilanjutkan oleh Ketua Umum Badan Investigasi Independen Penelitian Kekayaan Pejabat dan Pengusaha (BIIPKPP) RI Darsuli R Saputra yang juga menilai satu tahun masa ini banyak capaian yang dilakukan oleh pemerintahan dan kabinet kerja Jokowi telah berhasil diraih. Salah satunya adalah pembangunan infrastruktur. Ia pun menyayangkan hasil survei BEM SI tersebut ada agenda terselubung.
Berbeda halnya dengan pendapat Pengurus Pusat Pemuda Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, Mahyudin Rumata menilai akan lebih baik jika pemuda dan mahasiswa mendorong Pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla untuk mengatasi bencana asap di Indonesia. Secara lugas menurutnya “Pemuda dan mahasiswa mestinya saat ini fokus menyoroti semakin parahnya kabut asap. Meminta tanggungjawab negara atas keselamatan warga negaranya, bukan sibuk mengurusi issue pergantian menteri.” (24/10 mitranews.net.)
Terkait hal ini berbicara masalah pemuda, ia adalah hal yang selalu menarik untuk dibahas, sebab pemuda telah mewarnai lika-liku perjalanan sejarah. Bicara pemuda adalah bicara tentang masa depan, sebab merekalah yang menjadi pemimpin masa depan suatu bangsa, merekalah yang menjadi potret kondisi sebuah bangsa, merekalah yang menjadi harapan dimana masa depan bangsa dibebankan ke punggung mereka, dimana tanggung jawab ke depannya akan sepenuhnya diamanatkan ke tangan mereka.
Tak dapat dipungkiri, ia telah menoreh catatan sejarah dengan tinta emas sepanjang peradaban manusia. Namun yang menjadi ironi, semakin lama, eksistensi pemuda tenggelam seiring berjalannya zaman.
Hari Sumpah Pemuda, hari dimana peran pemuda direfleksikan kembali, bahwa bangsa ini juga digerakkan dengan dinamis oleh generasi muda. 28 Oktober bukan sekedar ketika sumpah dilantunkan, toh jika ditanya kepada generasi muda, tak sedikit yang salah bahkan tidak hafal sama sekali terhadap “teks” sumpah tersebut. Ia buka sekedar tentang “teks” sumpah, namun ada esensi lain yang begitu penting yang harus dipahami oleh setiap generasi muda yang katanya adalah agent of change.
Disaat kondisi bangsa seperti saat ini peranan generasi muda atau mahasiswa sebagai pilar penggerak, pengawal jalannya reformasi, dan pembangunan sangat diharapkan. Dengan organisasi dan jaringannya yang luas, pemuda dan mahasiswa dapat memainkan peran yang lebih besar untuk mengawal jalannya reformasi dan pembangunan. Terutama untuk peran serta mereka dalam konteks pembangunan bangsa kedepan.
Oleh sebab itu dalam kompleksitas permasalahan bangsa saat ini, mahasiswa memang harus tetap mengedepankan idealisme, bukan berorientasi pada nilai praktis dan pragmatis, Untuk itu, kesadaran mahasiswa sebagai masyarakat terdidik dan kekuatan pembaharu, sudah sepantasnya untuk selalu menjadikan idealisme sebagai paradigma pemikiran yang sebenar-benarnya. Idealisme tersebut harus melebur dalam peran dan tanggung jawab mereka sebagai agen perubahan.